Press ESC to close

Perayaan Waisak Soroti Persatuan dan Keberagaman di Indonesia

Umat Buddha di Indonesia memperingati Hari Waisak dengan perayaan yang tenteram dan harmonis di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Perayaan berpusat di sekitar Candi Borobudur di Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, dan bergema di Pecinan di seluruh Indonesia.

Pada perayaan Waisak, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan salam kepada umat Buddha di Indonesia.

Menteri Yaqut juga mengapresiasi tema tahun ini, “Kesadaran akan Keberagaman untuk Hidup Mulia, Harmonis, dan Bahagia.”

“Tema ini sangat relevan dengan konteks bangsa kita saat ini, dimana kesadaran akan keberagaman yang kita miliki sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan persatuan. Harmoni adalah prasyarat dalam pembangunan,” kata Menteri Yaqut dalam keterangan resmi yang disampaikan melalui video, Kamis.

Ia juga menghimbau umat Buddha untuk menjadikan perayaan Waisak tahun ini sebagai momen untuk menghidupkan kembali keharmonisan antar umat beragama. Ia menyoroti sinergi antaragama dapat berkontribusi signifikan terhadap pembangunan bangsa.

“Biarkan Waisak menjadi momen untuk menjalin kembali keharmonisan pasca dinamika pemilu, pasca pemilu presiden dan pemilu legislatif. Saatnya membangun sinergi untuk memberikan kontribusi terbaik bagi pembangunan bangsa ke depan,” kata Yaqut.

Ritual Thudong


Sebanyak 43 biksu Buddha menyelesaikan perjalanannya ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, pada Selasa setelah berjalan ribuan kilometer sebagai bagian dari ritual Thudong. Kedatangan mereka disambut hangat baik oleh umat maupun wisatawan. Sesampainya di puncak candi, mereka segera memulai sembahyang dan melakukan ritual Pradaksina sambil mengelilingi stupa induk.

Para biksu yang berasal dari berbagai negara Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Korea ini menarik perhatian pengunjung Candi Borobudur.

Kepala Biksu Thudong Kamsai Sumano Mahatera mengungkapkan kebahagiaannya bisa mencapai tujuan dalam keadaan sehat. Dia menghargai sambutan hangat dari penduduk setempat dan keindahan pemandangan di sepanjang perjalanan.

Sumano menjelaskan, sesampainya di puncak candi, mereka melakukan sembahyang dan melakukan ritual Pradaksina, yaitu berjalan searah jarum jam mengelilingi stupa induk sebanyak tiga kali.

Thudong, sebuah perjalanan spiritual yang dilakukan oleh umat Buddha untuk mencapai kedamaian batin, berakar pada tradisi kuno dan dilakukan sebagai persiapan perayaan Waisak. Sumano menegaskan, perjalanan ini melambangkan meninggalkan urusan duniawi, hanya membawa barang-barang penting, dan fokus pada pertumbuhan spiritual.


Perayaan Waisak Soroti Persatuan dan Keberagaman di Indonesia


Menjelang perayaan Waisak, sekelompok biksu dan umat Buddha menggelar upacara pengambilan air suci di Umbul Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah, pada Rabu, 22 Mei 2024. (Beritasatu.com/Priyo Budi Santoso)

Perayaan Waisak


Menjelang perayaan Waisak, para biksu Thudong dan umat Buddha mengadakan upacara pengambilan air suci di Umbul Jumprit di Temanggung, Jawa Tengah.

Sebanyak 22 kendi berisi air suci kemudian diangkut ke Candi Mendut di Magelang untuk diabadikan dan disucikan.

Berbaris dan membawa kendi, para biksu melanjutkan ke tempat pengumpulan air. Mereka bersama-sama menimba air menggunakan gayung, menuangkannya ke dalam kendi, lalu membawanya ke kawasan mata air Umbul Jumprit untuk berdoa.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Walubi Jateng Tanto Harsono mengatakan, ada 13 jemaah yang mengikuti ritual pengambilan air suci tersebut.

“Dari sini airnya kita bawa ke Candi Mendut untuk dipercandian. Besok bersama api abadi kita arak ke Candi Borobudur,” kata Tanto saat pengambilan air di Umbul Jumprit, Desa Ngadirejo, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, di hari Rabu.

Sebelum dibawa ke Candi Mendut Magelang, 22 kendi berisi air suci tersebut didoakan oleh para biksu dan umat Buddha di halaman Jumprit.

Tanto menambahkan, air suci memiliki arti penting bagi umat Buddha, melambangkan kesucian dari Sang Buddha dan menjadi sumber kehidupan.

“Air melambangkan salah satu dari lima unsur dalam diri manusia. Air sangat penting karena tanpanya kita tidak bisa hidup. Sumber daya kita sebagian besar berasal dari air. Air suci ini akan membawa keberkahan bagi semua orang,” jelasnya.

Perayaan Puncak Waisak di Borobudur dan TMII


Perayaan utama Waisak tahun ini akan dipusatkan di Candi Borobudur, bertempat di halaman candi pada hari Kamis. Akses pengunjung Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, pada saat puncak perayaan akan dibatasi waktu. Pengunjung akan diperbolehkan masuk mulai pukul 06.30 hingga 11.30.

Di Jakarta, perayaan Waisak akan ditandai dengan kebaktian di Pura Budha Arya Dwipa Arama di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Kamis malam.

Kebaktian malam akan dimulai pukul 18.00. dan akan dipimpin oleh Bhikkhuni Santini Mahatheri. Upacara tersebut antara lain menyaksikan momen Waisak tepat pada pukul 20.52.

Perayaan Waisak di TMII akan dilanjutkan di Satu

hari ini dengan pertunjukan tari Kecak bertajuk “Gugur Rahwana” di Amphitheatre Jawadwipa. Acara akan berlangsung pada pukul 17.00.

Pekan lalu, TMII juga menggelar acara pelepasan 40 biksu Thudong yang memulai ziarah dari Jakarta ke Candi Borobudur dalam rangka memperingati Waisak. Upacara pelepasan bertema “Tercerahkan dalam Harmoni” dihadiri oleh banyak umat Buddha.


Perayaan Waisak Soroti Persatuan dan Keberagaman di Indonesia

10 biksu asal Kamboja melaksanakan tradisi Pindapata di kawasan Pecinan Makassar, Sulawesi Selatan di sepanjang Jalan Sulawesi di Kecamatan Wajo. Masing-masing biksu membawa mangkuk kosong, menyusuri jalan untuk menerima sedekah dari warga, pada Kamis, 23 Mei 2024. (Beritasatu.com/Irfandi)

Partisipasi Masyarakat dalam Waisak


Kamis pagi, 10 biksu asal Kamboja melakukan tradisi Pindapata di kawasan Pecinan Makassar, Sulawesi Selatan di sepanjang Jalan Sulawesi di Kecamatan Wajo. Setiap biksu membawa mangkuk kosong, berjalan menyusuri jalan untuk menerima sedekah dari warga.

Para biksu disambut hangat oleh komunitas Budha di sepanjang rute hampir 2 kilometer tersebut.

Ketua Vihara Girinaga Roy Ruslim mencatat sambutan antusias warga. Para biksu, sambil membawa mangkuk sedekah, berinteraksi dengan masyarakat dan menerima sumbangan sepanjang perjalanan mereka.

Umat ​​Buddha mengisi mangkuk para biksu dengan berbagai sumbangan, seperti uang, makanan, dan minuman. Sedekah ini kemudian dipindahkan ke dalam mangkuk yang dibawa panitia dan dimuat ke dalam mobil pick up. Mereka berhasil mengumpulkan sedekah yang cukup untuk mengisi tujuh kendaraan.

“Antusiasmenya luar biasa, kami melihat ribuan umat Buddha di sepanjang Jalan Sulawesi. Kami mengumpulkan donasi sebanyak tujuh kendaraan,” imbuhnya.

Pindapata, bagian dari kegiatan menjelang Tri Suci Waisak, melambangkan tradisi memberi. Roy menjelaskan, Pindapata merupakan tradisi kuno yang mengajarkan pentingnya berbagi kepada pihak yang membutuhkan. Sumbangan yang terkumpul akan disalurkan ke panti asuhan dan panti jompo setelah Waisak.

“Sedekahnya akan disumbangkan ke panti asuhan dan panti jompo setelah Waisak,” ujarnya.

Waisak, perayaan kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha, tetap menjadi peristiwa penting dan pemersatu bagi umat Buddha di Indonesia, yang melambangkan nilai-nilai kasih sayang, harmoni, dan komunitas.

@Katen on Instagram
This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed with the ID 1 found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.